PENDAMPINGAN KADER POSYANDU TENTANG ASI EKSLUSIF DAN PRAKTIK MENYUSUI SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN STATUS GIZI BALITA DI DESA RANAH SINGKUANG
Abstract
Situasi gizi balita di dunia saat ini sebanyak 155 juta balita pendek (stunting), 52 juta balita kurus (wasting) dan 41 juta balita gemuk (overweight). Di Indonesia, berdasaran hasil Riskesdas 2018, 17,7% balita mengalami gizi buruk dan gizi kurang, 30,8% balita sangat pendek dan pendek, 10,2% balit sangat kurus dan kurus, 8% balita gemuk dan 30,8% balita stunting. Pemberian ASI pada bayi erat hubungannya dengan kondisigizi kurang dan gizi ebih (gemuk) pada anak. ASI merupakan sumber energi dan nutrisi terpenting pada anak unia 6-23 bulan. ASI memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi pada anak usia 6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan.
Persentase pemberian ASI sampai usia 6 bulan di dunia masih sangat rendah yaitu 41% sementara target yang ingin dicapai pada tahun 2030 aalah 70% (WHO,2018). Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 proporsi pola pemberian ASI pada umur 0-5 bulan di Indonesia sebanyak 37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI parsial dan 3,3% ASI predominan. Hal ini masih jauh dari target capaian ASI eksklusif secara global yaitu 80%. Presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan di Provinsi Riau pada tahun 2018 sebesar 37%. Dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau, Kabupaten Kampar termasuk salah satu yang terendah yatu 28,12%. Pada tahun 2018 jumlah bayi dengan ASI eksklusf hanya 20,7% di kecamatan Kampar (Profil Dinkes Kampar, 2018).
Rendahnya cakupan ASI Ekslusif di seluruh Indonesia tidak terlepas dari kesadaran masyarakat umum khususnya ibu-ibu hamil untuk memberikan ASI setelah melahirkan. Banyak alasan yang dikemukakan oleh masyarakat tentang gagalnya pemberian ASI ekslusif. Untuk menumbuhkan kesadaran dan menerapkan ASI ekslusif sangat dipengaruhi oleh faktor yang paling mendasar yaitu tingkat pengetahuan tentang menyusui itu sendiri. Tingkat pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama lingkungan sosial budaya dan dorongan dari lingkungan terdekat agar memotivasi ibu hamil agar memberikan ASI setelah melahirkan. Sehubungan dengan hal tersebut rasa perlu memberikan pelatihan pada kader sebagai pendamping dalam gerakan meningkatkan ASI ekslusif di Kecamatan Kampar Desa Ranah Singkuang agar dapat meningkatkan kompetensi kader dalam mengedukasi dan mendampingi ibu hamil dan ibu balita dalam pemberian ASI ekslusif dan praktik menyusui.
Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan tentang ASI ekslusif dan memberikan keterampilan praktik menyusui pada kader posyandu di Desa Ranah Singkuang Kabupaten Kampar.
Hasil evaluasi pre-post test dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari pengetahuan kader Desa Ranah Singkuang sebesar 1,7 poin. Sebelum penyuluhan besar nilai maksimum yang dimiliki kader ialah 73 dan setelah penyuluhan meningkat menjadi 86 (Kriteria baik). Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan kader ASI dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan kader ASI sehingga diharapkan dapat memotivasi kader untuk melaksanakan perannya dalam pemberian edukasi menyusui dan ASI Ekslusif pada ibu hamil dan menyusui di Desa Ranah Singkuang dalam upaya promosi kesehatan khususnya tentang ASI Ekslusif.